"Jadi hubungan kita selama ini kamu anggap apa ?" Terdengar teriakan dari meja sebelahku.
Semua mata tertuju padanya, apalagi mataku yang cuma dua ini,
pasti menuju pada tempat dimana suara teriakan itu berasal. Suara
seorang wanita yang berteriak duduk tak jauh dari tempat duduk saya. Dia
duduk selang 1 bangku dari tempatku duduk ditempat makan itu. Keadaan
menjadi hening sesaat wanita itu berteriak, bagaimana tidak hening
karena cuma hanya ada saya pada saat itu ditempat makan itu, tidak ada
lagi orang lain yang berada disana kecuali satu orang penjaga kasir yang
duduk dimeja kasir yang sedang menghitung uang yang didapatkan hari
ini. Seorang kasir itupun sepertinya tidak memperhatikan kejadian itu,
mungkin karena lebih menghitung pendapatan hari dibandingkan harus
menyaksikan seorang wanita dan pria sedang bertengkar. Benar! itu
seorang wanita dan pria yang sedang bertengkar.
Keadaan menjadi hening, diam tanpa suara setelah teriakan itu.
Apa yang harus saya perbuat dalam keadaan tersebut. ikut campur dalam pertengkaran pasangan itu ? JELAS BUKAN PILIHAN YANG TEPAT. Membekukan diri dan pura pura meminum secangkir es teh manis ? INI PILIHAN YANG TEPAT.
Berpura puralah haus sehabis makan adalah pilihan yang tepat
dibandingkan harus mengikut campuri masalah yang tidak pernah saya tahu
asal mula.
Pertengkaran itu masih berlangsung, mungkin 15 menit akhirnya wanita
itu pergi dengan air mata tanpa memberikan salam perpisahan pada pria
yang ia tingalkan. sempat saya melirik kearah pria yang ditinggalkan
oleh wanita itu, terlihat merenung, tidak meneteskan air mata tetapi
terlihat sebuah penyesalan yang begitu dalam. Lalu apa yang saya perbuat
sekarang ? MENGHAMPIRI PRIA TERSEBUT DAN BILANG “Ada apa ? Kenapa wanita itu pergi dengan air mata dan kau terlihat bersedih?” JELAS TIDAK!
lebih baik saya membayar makanan yang sudah saya makan dan meninggalkan
es teh manis yang tinggal setengah ini juga dengan penyesalan.
Dalam perjalanan pulang masih saja terpikirkan dengan kejadian
yang terjadi barusan dan masih ter-ngiang dikepalaku air mata yang
jatuh secara perlahan meninggalkan kebahagian itu. Terlihat sedih, saya
pun tak tega melihat wanita itu menangis. Tapi apalah untungnya untuk
saya, itu bukan permasalah saya. begitulah…
Saya pacu sepeda yang saya gunakan dengan cepatnya, sampai akhirnya
saya harus menekan rem secara mendadak karena saya melihat wanita yang
berada di tempat makan itu berjalan sendirian. Apa yang harus saya
lakukan kali ini ? mendatangi wanita tersebut dan menanyakan apa yang
terjadi ? YAH INI BENAR!. Akhirnya saya turun dari
sepeda dan hanya mendorong sepeda tersebut menghampirinya dan sampai
akhirnya wanita itu merasakan kehadiran saya yang sedang menghampirinya.
Dia hanya melihat dan akhirnya menundukan kepalanya kembali.
"Kenapa tadi menangis ?" Tanya saya
"Gak apa apa kok" Jawabnya dengan suara serak.
"Suaramu hampir habis gitu, gara gara kebanyakan nangis tuh"
"haha, bisa saja kau"
"Kau mau pulang" Tanya saya yang masih mendorong sepada
"Gak kok, cuma lagi pengen jalan jalan sendiri aja"
BOOM! ini sebuah pertanda, kehadiran saya sepertinya mala petaka
buatnya sedang sedang sedih itu. apa yang harus saya lakukan
selanjutnya ? (TANPA PILIHAN JAWABAN)
beberapa detik kita berdua tanpa percakapan, saya seperti ditusuk oleh ribuan pisau akibat percakapan terakhir tadi.
"Maaf yah, tadi terjadi keributan ditempat itu" Wanita itu akhirnya membuka percakapan kembali
"Oh iya gapapa kok" Jawab saya
"Kejadian yang memalukan untuk ditempat umum, haha" Celahnya lagi
"Yah kejadian seperti itukan bisa terjadi dimana saja, inget kata
bang napi dong yang menjelaskan bahwa kejahatan bukan terjadi karena ada
niat pelaku tapi karena ada kesempatan" Jawabku sambil tertawa kecil
"haha… " Dia hanya tertawa juga.
—
Saya masih berjalan bersama wanita itu yang sampai akhirnya dia
memperkenalkan namanya. Namanya adalah Jessica Veranda, biasa dipanggil
Ve seorang anak SMA yang akan mengambil kuliah dikotaku ini. Dia adalah
pendatang dari Jakarta yang baru saja diantarkan oleh pacarnya datang ke
kota ini, sedangkan keluarganya sudah sampai di kota ini seminggu
sebelumnya. Tak lupa juga dia menceritakan kejadian yang terjadi
ditempat makan itu. Kejadian memalukan katanya, tapi dia menceritakan
kepada saya karena saya bisa mencairkan suasana yang tadinya sedih
hingga akhirnya bisa menjadi seperti biasa lagi, katanya..
"Kejadian itu sangat memalukan, aku sengaja datang hari ini dari
jakarta karena aku ingin menyelesaikan permasalahanku dengan pria tadi
dijakarta yang sampai akhirnya dia malah mengantarkanku kesini. Aku
sudah 3 tahun berpacaran dengan pria itu semenjak aku masuk SMA dan
sampai akhirnya akhir harus berpisah dengannya dipenghujung masa SMA ku.
Baru saja dia memutuskanku karena dia tidak bisa menjalankan hubungan
jarak jauh, aku tak mengerti kenapa dia tidak bisa padahal komunikasi
adalah yang penting dalam sebuah hubungan, tapi tiba tiba dia
memutuskanku begitu saja. Kita tidak ada masalah sebelumnya, semuanya
secara tiba tiba terjadi. Jadi aku shock banget dan sampai teriak
ditempat makan tadi. Maaf yah tadi buat kekacauan"
Saya hanya diam dan menyimak apa yang Ve ceritakan. Sepertinya Ve
merasa lega setelah bercerita tentang apa yang terjadi. Kami pun masih
berjalan langkah demi langkah, detik demi detik sampai akhirnya kita
sudah sampai disebuah halte bus dan harus mengakhiri pertemuan singkat
ini. Ve berencana untuk pulang dan berpisah ditempat ini. Akhirnya kita
berpisah setelah Ve menaiki bus tujuannya. Saya hanya tersenyum saat Ve
melambaikan tangannya. Kejadian itu begitu cepat dan meninggalkan saya
dihalte itu sendirian sampai akhirnya saya berfikir saya ingin bertemu
Ve lagi suatu hari nanti.
Kupacu sepeda dan mengejar bus itu untuk menhampiri Ve menanyakan
apakah kita bisa bertemu lagi dan sayangnya sekencang kencangnya saya
memacu sepeda tidak bisa mengejar bus yang dinaiki oleh VE. Kelar semua…
—
Seminggu berselang, saya belum mendapatkan apapun info tentang Ve.
Entah kenapa saya begitu antusias terhadap Ve, mungkin karena saya
menyukai pipinya, eh tidak. Saya lebih menyukai matanya, tapi saya juga
menyukai semua hal tentangnya pada pandangan pertama. Rasa ini muncul
begitu saja, apa karena saya orang yang perasa yang mudah menaruh hati
pada setiap wanita ? JELAS TIDAK! entah kenapa Ve terlihat seperti sang
mawar tumbuh dengan cantiknya. Setangkai mawar yang cantik tidak boleh
jatuh kepada seorang pria yang akan memberikan kembali mawar itu tetapi
harus tetap dijaga. Mungkin saya orangnya yang akan menjaga. FIX SAYA
MENYUKAI VE!
Dua minggu berselang setelah seminggu kemarin saya memikirkan tentang
Ve, akhirnya burung datang pada sangkarnya. Pertemuan kedua dengan Ve
masih ditempat makan pertama kali saya bertemu dengan Ve saat dia
membuang buang air mata kesedihannya. Ve duduk bersama keluarganya.
Ayah, Ibu dan satu adiknya yang masih kecil. Adiknya terlihat lucu juga.
TIDAK! saya tidak jatuh hati juga pada adiknya.
Pandangan yang saya tunjukan tetap pada satu ruang, pada satu titik
ditengah matanya. jelas itu mata Ve, dia tidak menyadari kedatanganku
ditempat makan itu karena pada saat itu keadaan tempat makan terlihat
ramai tidak seperti saat pertama kali saya melihat ve. keadaan begitu
gaduh, terdengar seorang bayi sedang menangis, beberapa anak muda yang
sedang meroko yang mengakibatkan dalam ruang makan itu tertutup oleh
asap mereka walaupun sudah terpasang kipas angin disana, ada juga
beberapa om om yang sedang membicarakan tentang bisnis tetapi saya tidak
mengetahui apa yang sedang keluarga Ve bicarakan pada saat itu. yah
saya duduk dipojok belakang sedangkan Ve duduk dipojok depan. sangat
jauh jarak yang memisahkan kita. halah..
Kuambil secarik kertas dari tasku dan tak lupa pulpen juga. kalaupun hanya kertas mungkin saya ingin membuat kapal kapalan dari kertas bukan sebuah surat. eh
Tanpa pikir panjang langsung saja kutulis surat untuk Ve agar dapat
berkomunikasi dengannya lebih lanjut dan tidak menghilang seperti
kemarin.
Hai Ve, Apa kabar ?
Masih ingat dengan saya kan ? Bagaimana harimu setelah kita bertemu, apakah kau tidak sedih lagi. Jangan merasa sedih Ve, karena sedihmu hanya sebentar sedangkan harimu yang panjang.
Kemarin saya mencarimu tapi tidak pernah ketemu dan juga mendapatkan info tentangmu. Entah kenapa saya ingin bertemu denganmu lagi sejak saat itu. mungkin matamu yang mengajak untuk bertemu lagi suatu saat nanti atau juga pipimu yang merah itu. entahlah tapi semua tentangmu sepertinya mengajak saya harus bisa bertemu lagi.
Hari ini kita bertemu lagi ditempat pertama kali bertemu, wah sebuah kebetulan juga yah. oh iya saya akan meninggalkan nomor telfon saya disurat ini. Jika tidak keberatan mungkin kita bisa bertemu lagi ditempat lain tapi jangan mengajak keluargamu juga yah haha.
ini nomor saya, 085652221251 mungkin kau bisa menyimpannya ataupun menghiraukan surat dan ocehan ocehan saya yang kosong ini. Maaf tulisan saya berantakan, saya tidak bagus dalam hal menulis.
Salam,
Dari meja pojok belakang.
Kutitipkan surat itu pada seorang pelayan yang sedang mengantarkan makan kesamping mejaku.
Suratku sampai pada tangan Ve. Dari kejauhan saya melihat Ve membaca
surat itu dan akhirnya melirik pada saya dimeja pojok belakang ini. Tapi
bukan hanya Ve, semua keluarnya juga melirik kehadapanku. APA YANG
TERJADI SEKARANG ? APA YANG SAYA LAKUKAN ? TERSENYUM ? BENAR! hanya tersenyum sekarang yang bisa saya lakukan agar terlihat sopan didepan kedua orang tua Ve.
Makananku sudah habis, teh manisku juga sudah habis dan mungkin
saatnya saya harus kembali melanjutkan perjalanan yang panjang ini
menuju rumah dengan sepada. Yah, saya memang sering mampir ketempat
makan itu karena memang tidak jauh dari tempat dimana saya berkuliah.
Jadi sebelum saya pulang kerumah saya menyempatkan untuk makan ditempat
itu untuk mengisi energi yang nantinya dipergunakan untuk mengayuh
sepeda, karena rumahku dengan kampus lumayan jauh juga.
—
Sudah 3 hari setelah surat itu sampai ditangan Ve, tapi belum ada
kabar sedikitpun. Mungkin Ve menghiraukan surat yang saya berikan
ditempat makan itu. FIUUHHHHH~~~~
Sudahlah, benar kata yang pernah dikatakan oleh ayah. Cinta itu sulit
untuk dikejar tetapi mudah untuk mencintai. akhirnya saya memahami apa
yang dikatakan ayah waktu itu. seperti inilah tragedinya..
Sore itu tak ada yang bisa saya lakukan, hari ini adalah hari santai
sepertinya dan mungkin Televisi adalah tempat dimana untuk mengabiskan
kesantaian ini. Channel demi Channel saya lihat sampai akhirnya ada
sebuah channel yang sedang membahas kumpulan anak anak perempuan yang
terbentuk dan mengatakan bahwa mereka itu Idol Group. Apalah itu, tapi
sepertinya saya melihat wajah Ve dalam liputan tentang mereka itu. Benar
itu Ve ? JELAS BENAR ITU VE! saya sangat hafal dengan raut wajahnya,
bibirnya, pipinya, matanya dan juga rambutnya. Benar Ve, tidak salah lagi.
Saya merasa senang bisa melihat Ve merada ditelevisi dan tergabung
dalam sebuah group vocal itu dan saya juga sedih bahwa faktanya sekarang
Ve semakin jauh dan sepertinya tidak bisa bergaul dengan saya, seorang
pria biasa ini.
Seminggu ini pemberitaan tentang Group itu terus disiarkan dan saya
juga semakin sering melihat wajah Ve diTV tapi siapalah aku ini…
Tiba tiba pintu rumah saya ada yang mengetuk. siapakah ini ? apa itu
mr. milyader ada diacara TV yang memberikan uang kepada pesertanya untuk
dimenghabiskan uangnya untuk dibelikan barang barang. hmm, ternyata
bukan, yang mengetuk pintu adalah kawanku kuliahku yang datang
membawakan surat untukku. Itu surat Ve ternyata. Yah, saya bisa tau dari
Ve karena memang didepannya tertulis “Untuk, Pewe dari Ve”
Setelah sekian lama menunggu kabar dari Ve, akhirnya datang juga
dimana sang pria yang akan menjaga sang mawarnya mendapatkan kesempatan
untuk menjaga. tapi belum pasti, fiuh~
Jangan tanyakan mengapa surat itu bisa diantarkan oleh kawan saya,
saya pun tak tau jawabannya. mungkin hanya Ve, kawanku dan Tuhan yang
tau tenang itu. Sekarang aku hanya terpaku pada surat itu,
mempertanyakan isi surat itu dan tak menghiraukan pertanyaan lainnya.
Surat yang kuterima dari Ve kubuka dengan sangat perlahan dan
mengeluarkan kertas yang ada didalam amplop tersebut…
Hai, Maaf lama untuk membalas suratmu ini dan maaf juga aku tidak bisa menghubungimu melalui telfon karena pada saat itu surat yang kau berikan padaku hilang saat aku ingin mengabarimu melalui telfon.
kau sungguh pria yang menyenangkan dan aku suka itu. setelah pertemuan pertama kita melalui langkah demi langkah disetiap percakapan itu juga membawaku ingin bertemu dengan tapi pada akhirnya kita sangat sulit untuk bertemu.
Oh iya, sekarang aku tergabung dalam sebuah idol group. pada saat kemarin kita bertemu ditempat makan itu, aku baru saja melalui tahap audisi dan ternyata aku terpilih. Aku merasa senang tapi aku juga merasa sedih karena harus berjauh jauhan denganmu. Maaf aku tidak bisa menjelaskannya secara terperinci, mungkin suatu saat kau akan mengetahuinya..
Semoga harimu tetap bahagia pria yang mengajakku bicara sambil mendorong sepeda.
Salam,
Ve
Saya tak mengerti apa maksud dari surat itu, tapi saya senang bisa
menerima surat itu. Surat penuh tanda tanya dan kebimbangan yang sampai
akhirnya saya mengetahui dari kalimat “Maaf aku tidak bisa menjelaskannya secara terperinci, mungkin suatu saat kau akan mengetahuinya” itu
adalah sebuah peraturan. Peraturan dimana Ve tidak dijinkan untuk
menjalin kasih dengan seorang pria selama Ve masih didalam group
tersebut dan itu adalah pilihan Ve. Sebenarnya saya juga tidak menjurus
pada sebuah ikatan, tapi hanya pertemanan dekat. Ikatan hanyalah sebuah
status bukan tentang perasaan.
Semenjak itu saya hanya bisa melihat Ve ditelevisi saja dan tidak
pernah sekalipun bertemu lagi dengan Ve. Jika hati ini bisa bicara
antara hati ke hati mungkin pertemuan raga tak perlu dilakukan
- Februari 2014