Hari ini meja kerja yang baru saja aku buat dengan susah payah dari sebatang kayu biasa menjadi sebuah meja kerja yang luar biasa buatku. meja yang hanya berwarnakan coklat kayu kusam, sudah ada beberapa lubang yang dimakan oleh rayap dan sebagiannya lagi terpotong karena aku salah memotong pada bagian tersebut.
Meja kerja itu seperti meja lainnya, yang hanya diletaki beberapa buku yang tidak terlalu banyak, sebuah layar komputer lama yang masih cembung, pensil, pulpen, penggaris dan beberapa batang roko yang baru saja aku beli diwarung tadi pagi. Disana juga aku baru saja menaruh sebuah bingkai foto yang tak lain adalah foto kita berdua, lucu yah. kita berdua tersenyum didalam foto itu, kita merasa kita sedang menatap kita yang sekarang, begitu mesra..
aku ingat, foto itu kita ambil sudah lama sekali, saat kamu masih remaja dan aku mulai beranjak dewasa. yah umur kita terpaut 2 lamanya. Saat kamu masih berjerawat merah dipipi yang selalu aku cubit saat punya kesempatan. pipimu lucu, dia punya sesuatu tersendiri yang tidak orang lain punya, aku pun tak tau pasti apa itu tapi biarkan lah, aku menyukainya.
Dimeja kerja itu juga ada sebuah surat yang pernah kau beri, surat yang belum sempat aku baca karena aku masih saja belum punya kesempatan untuk membacanya atau sengaja melupakan surat itu. Surat yang terbungkus oleh amplop berwarna putih dan bertuliskan namaku disana, yah itu buatku. surat yang sudah hampir 4 tahun ini belum aku baca dan masih kusimpan. Aku belum berniat membacanya sampai waktunya nanti aku bacakan.
setiap pukul 08.00 selalu sudah tersedia sebuah kopi panas dimeja kerjaku, yah itu istriku yang membuatkannya. istri yang aku nikahi beberapa tahun lalu dan sekarang memiliki satu orang anak. dia tidak pernah protes dengan foto yang aku pasang dimeja kerjaku ini, dia wanita yang baik, wanita yang sabar dan wanita yang tak pernah salah untuk dipilih. Aku bahagia bisa menikahinya, berbagi dengannya dan anakku ini. Terkadang kita suka bermain dibawah pohon yang besar itu, pohon yang melindungi aku, istri dan anakku saat berteduh disana dari terik matahari disaaat minggu pagi yang cerah itu.
Istriku cantik, kamu memang tidak salah memilihkanku seorang istri yang baik sekali seperti ini walau itu adalah kakakmu sendiri. Kakak kandungmu yang aku nikahi itu memiliki ciri ciri yang sama sepertimu, mulai dari matanya, bibirnya, pipinya dan baunya pun tak beda jauh denganmu.
Kadang aku dan kakakmu yang sekarang jadi istriku ini sering membahas tentangmu, dia juga tahu aku sangat menyayangimu dan dia juga tau aku menyayanginya. cintaku memang rumit, aku menyayangimu tetapi aku harus menikahi kakakmu karena pilihanmu. Kamu terkadang egois untuk memilih sebuah keputusan, keputusan terakhir untuk aku tetap memilih kakakmu sebagai peganti kamu jadi istriku. Aku tidak pernah menyesal dengan pilihanmu itu, aku juga sudah tau sekarang, cinta bisa datang saat waktu berjalan, cinta itu tumbuh dan berkembang, cinta itu mulai beranak binak, cinta itu membuat suatu akar dan akhirnya tumbuh menjadi pohon yang melindungi anak anak.
******
Meja kerjaku yang baru saja kubuat ini memang hanya meja biasa, dari pohon biasa tapi pohon yang pernah menjadi saksi kita saat kita dulu bersama. Pohon yang menjadi saksi ciuman pertama kita, pohon yang menjadi saksi saat kau menangis dan jatuh dalam pelukanku saat ibumu memarahimu dan juga pohon yang menjadi saksi saat kita saling bercerita tentang masa depan yang kita rencakan ini sekarang aku tebang dan aku jadikan sebuah meja kerja. Aku memang egois untuk ini, aku hanya ingin disetiap aku kerja aku selalu bersamamu, disetiap aku membaca buku aku pun ditemani kamu dan disetiap aku tertidur karena kelelahan bekerja di meja kerja itu akupun bersamamu. Istriku tak pernah marah untuk hal ini, dia selalu mengerti aku selalu mencintaimu.
Aku mencintaimu dan aku juga harus mencintai kakakmu karena dia seorang wanita yang benar benar cinta padaku. aku mencintaimu memang salah, karena kau sudah tiada, tuhan memanggilmu untuk kembali. Aku memang tak ikhlas, untuk itu.
Sebelum tuhan memanggilmu memang kau memberikan surat yang sekarang ada dimeja kerjaku ini, dan juga menitipkan kakakmu padaku. yah kamu juga tau karena kakakmu sangat menyayangiku dan kau tau egois untuk tetap mempertahankanku.
Sekarang aku tinggal bersama meja kerjaku dari sebuah pohon kenangan kita, menyayangi kakakmu sepertimu dan menamai anak perempuan kita seperti namamu. Istriku bukan orang yang cemburu akan hal itu, karena dia tau aku pun mencintainya sebagaimana aku mencintai adiknya...