sudah lama aku tak melihat mereka duduk ditaman, apa aku yang terlalu sibuk dengan progres ku untuk bergerak. terlihat mesra dan aku pun senang saat dia tertawa merasa paling bahagia didunia. yah benar dia, orang yang kuanggap adalah bagian dari setengah nafasku ini yang mulai beranjak dewasa dan sudah mengenal bagaimana cara untuk memilih, bagaimana mencari jalan hidupnya dan tentunya adalah cintanya.
dulu aku pernah berkata
"kau, tetaplah tersenyum. senyummu lah yah membuat semua orang disisimu selalu tersenyum".
tapi apa yang kuucap itu adalah sebuah bumerang yang kurasakan sendiri. ah, mungkin itu cuma kata bukan sebuah masukan yang bisa kau cerna dengan matang seperti buah yang seharusnya matang dipohonnya tetapi dipetik dan diengrami dirumah menggunakan sebuah karbit.
teringat dipagi hari, aku duduk dan melihat langit, aku pikir langit akan menyuruhku untuk tersenyum tapi saat kulihat langit dengan terik mataharinya aku bukan malah tersenyum tapi aku malam memeleotkan wajahku dan tak sanggup menatap hingga mataku kunang kunang, mungkin itu lah yang kau maksud untukku. tapi aku yang berjalan seperti seorang musafir ini selalu ingin mendapatkan pemberian 1 senyuman yang telah lama kau tak pernah berikan.